Tampilkan Tarian Caci, Warga Asal Manggarai Curi Perhatian di Bontang City Carnival

DIALEKTIS.CO – Suasana Kota Bontang pada Ahad (23/10/2022) pagi hingga tengah hari, benar-benar meriah dengan karnival bernuansa busana dan budaya.

BCC kali ini disebut diikuti 115 peserta yang datang dari sejumlah paguyuban, komunitas, instansi, lembaga pendidikan dan perusahaan di kota bertajuk Taman ini.

Peserta dari Kerukunan Keluarga Besar Manggarai (KKBM) Kota Bontang menjadi salah satu peserta yang paling sukses menarik perhatian.

Dengan bertelanjang dada mereka mempertontonkan tarian caci. Penutup kepala yang dikenakan tampak indah, tak heran pria etnis Manggarai yang mengenakannya kelihatan perkasa dan penuh kejantanan.

Dalam tarian ini ada dua kubu yang bertarung. Namun, dalam pertarungannya tetap satu lawan satu. Mereka saling berhadapan dan beradu ketangkasan yang satu memecut menggunakan cambuk dan satunya lagi menangkis menggunakan perisai.

Perisai berbentuk bundar itu tampak dipegang dengan sebelah tangan, sementara sebelah tangan lainnya memegang busur penangkis dari bambu.

Badan para penari caci itu pun tampak belar memerah darah usai cambuk yang dipegang oleh penyerang yang terbuat dari kulit kerbau itu dipecutkan oleh lawannya.

“Kasi keras,” ucap salah satu penari saat dicambuk tubuhnya.
Keadaan semakin riuh sekaligus menegangkan saat Wali Kota Basri, Ketua DPRD Andi Faizal Hasdam, Kodim 0908/BTG Letkol Inf Priyo Handoyo, Kapolres AKBP Yusef Dwi Prastiya secara bergantian diberi kesempatan ikut mencambuk para penari.

Sekertaris KKBM Kota Bontang, Hendrikus Danggur menjelaskan tari caci ini merupakan budaya asli Indonesia. Kata dia, pria Manggarai Flores diakui kejantanannya jika berani tampil dalam tari caci seperti ini.

“Tarian caci ini memang harus dibuka oleh pimpinan setempat yang hadir. Tapi karena ini festival, jadi tadi kami minta mereka (Forkopimda) untuk menutup,” terangnya.

Kata dia, penari caci ketika kena luka cambukan, akan merasa bangga bahwa itu sebagai bentuk pengakuan bahwa mereka benar-benar seorang pria. Dan tidak ada dendam, justru keakraban akan semakin terjalin antara penari yang sebelumnya belum saling kenal.

Terangnya, pada tarian caci yang boleh dipukul hanya bagian tubuh yang terbuka. Yakni dari pinggang ke atas, bahkan boleh kena mata.
Tarian caci biasanya ditampilkan pada acara keagamaan, adat, dan syukuran panen. Bahkan pada puncak dari perkawinan adat, tari caci biasa ditampilkan selama 2-3 hari berturut-turut.

“Ini pertamakalinya kami tampil tari caci di BCC. Untuk mementaskannya dibutuhkan biaya cukup besar sekira Rp 15 juta, ini penarinya dari beberapa kota di Kaltim. Karena mereka ini, memang tidak boleh yang saling mengenal,” tuturnya.

Lebih jauh, Hendrikus Danggur menyatakan harapannya dapat dukungan dari Pemkot Bontang. Agar pada kesempatan festival budaya yang nantinya digelar mereka dapat kembali menampilkan tarian caci.

Kata dia, selain biaya akomodasi yang cukup tinggi. Biaya perawatan peralatan seperti penutup kepala khusus terbuat dari bulu kuda atau kambing yang digunakan setiap penari juga cukup tinggi. (Yud/DT). (Foto : yudi)