Bangun Wadah Pengembangan Ekonomi Kreatif Pemuda, Wali Kota Bontang Resmikan Rumah Kreasi Milenial

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG – Rumah Kreasi Milenial (RKM) akhirnya diluncurkan Wali Kota Bontang, Basri Rase.

Program yang merupakan janji kampanye pasangan Basri Rase – Najirah itu kini berhasil direalisasi di tahun kedua pasca dilantik Wali Kota Bontang.

Basri Rase menuturkan, rumah kreasi ini merupakan wadah bagi anak muda yang secara komperhensif memfasilitasi kegiatan pengambangan ekonomi dengan desain institusi yang memiliki pola kerja sebagai inkubator bisnis dan agency bagi pelalu usaha kreatif di Kota Bontang.

Hal ini juga sejalan dengan program pengembangan untuk menyiapkan sumber daya manusia di era digitalisasi.

Sebagai komitmen, pemerintah memberikan ruang kreasi yang berupa fasilitas penunjang agara mendorong keterlibatan pemuda untuk pengembangan kota. Khususnya di pengambangan wisata, ekonomi kreatif, dan UMKM.

“Di gedung belakang Dispopar ini akan menjadi basecamp para pemuda kreatif untuk berkreasi,” ujarnya saat launching RKM di Gedung Dispopar Bontang, Selasa (11/10/2022).

Sementara Inisiator RKM, Fadhil KJ menyebut dalam RKM ini mengelola 17 sub sektor yang saling berkaitan dengan pengambangan ekonomi kreatif.

Pemilihan Sub sektor ini juga merupakan buah hasil rumusan dari turunan yang telah ditetapkan oleh kementerian.
Status RKM sebenarnya berada di bawah Komite Ekonomi Kreatif yang diisi para pegawai ASN.

Sebab komite yang ditunjuk itu bertanggung jawab mengembangkan ekonomi kreatif yang terpusat di Baplitbang disetiap daerah.
Dalam struktur komite ini ada 4. Salah satunya pengembangan Ekfraf secara independen yang turunanya melahir Bontang creative collaboration (BCC).

Untuk program BCC sendiri itu salah satunya mengelola manajeman RKM yang berorentasi pada 17 sub sektor tersebut.
“Jadi BCC lah yang kelolah RKM ini. BCC ini didalamya itu dari para komunitas untuk 5 bidang. Yakni bidang Bisnis, SDM, Infrastruktur dan Organisasi, Hukum Hak Kekayaan Intlektual, serta Media Center,” bebernya.

Cita-cita besar dari RKM ini sebenarnya untuk kepentingan mempersiapkan kualitas SDM para pemuda pasca migas di Bontang.

Dalam RKM ini ada banyak pengembangan Ekraf. Salah satunya mengenai promosi wisata serta pengembangan banyak produk lokal yang dihasilkan para UMKM di Bontang.

Termasuk juga promosi karya-karya pemuda lokal Bontang dalam bidang kesenian. Misalnya di bidang musik, fotografi dan videografer.
Sementara untuk pengambangan program RKM akan mengandalkan dua mata anggaran. Yakni APBD dan yang dikelola mandiri dari sumber bantuan perusahaan.

Kedepan RKM ini akan banyak mengelola event kreatif di Bontang.

Bukan hanya pengelolaan event, RKM juga sebagai agency SDM tertentu yang siap dimanfaat untuk menjalankan beberapa program kegiatan pemerintah, seperti pengembangan wisata dan beberapa lainya.

“Jadi selain kita akan kelola event, kita juga menyediakan SDM untuk kegiatan pemerintah. Jadi Pemkot tidak perlu lagi ambil dari luar kota,” terangnya.

Kembali dijelaskan Fadhil, RKM juga nanti akan banyak melaksanakan program pengembangan SDM dibidang promosi hasil karya.
“Karena selama ini itu banyak karya lokal kurang terpromosi dengan baik. Makanya kalau ada RKM ini akan membantu. Minimal kita akan memberikan pelatihan promosi,” ujar Fadhil.

Nantinya, segala program RKM terpusat di Gedung MTQ Stadion Bessai Berinta.
Pelaksanaan program pun akan mengoptimalkan anggaran secara mandiri yang dibantu oleh Perusahaan melalui CSR.
Komitmen Wali Kota Bontang terhadap pemuda yang terafiliasi dengan RKM, yakni dengan melibatkan dalam rapat forum CSR perusahaan.
“Agar perusahaan bisa bantu kita. Bukan hanya berupa uang. Tapi juga fasilitas. Serta memanfaatkan pemuda lokal menggas program event-event perusahaan,” terangnya.

Setelah peresmian ini, RKM bulan depan mulai menggagas program awal yakni pameran kreatif di Bontang.
“Awal ini kita buat event pameran kretif. Didalamnya itu nanti ada karya pemuda di Bontang,” terang.
Kemudian Fadhil juga menyoalkan soal Perda melarang sponsor yang bersumber dari Rokok.

Menurutnya hal itu menghambat banyak pengembangan bidang seni di Bontang. Sebab Perda tersebut tidak relevan.
“Selama ini, sponsor dari perusahaan rokok banyak cukup membantu event pemuda di Bontang. Jadi kalau bisa diubah aja,” tandasnya. (*)

Penulis: Ismail Usman | Editor: Aris